Gubernur Sendal Jepit
by roni sewiko*
Meski
dada mereka buncah dengan idealisme, namun musuh satu ini kuasa
membungkamnya. Musuh idealisme itu adalah realitas. Bila idealisme
memunculkan harapan dan mimpi-mimpi, maka di tingkat yang paling kejam
realitas bisa mengerucutkannya jadi angan kosong.
Ruang itu hening, tegang.
Esok, ada momen besar. Seorang yang mereka akhirnya pilih, secara resmi akan dideklarasikan untuk menjadi seorang Gubernur.
Tanpa
bermaksud merendahkan, seakan sudah jamak, kader-kader partai ini
memang biasanya tak beruang. Mereka punya idealisme, dan itu yang
memberi ruang pada nurani untuk memunculkan harapan. Bagi mereka yang
dengan kondisi demikian, Harapan itu Selalu Ada.
Seorang
tokoh terkemuka membutuhkan biaya milyaran untuk 'dijual' ke Publik.
Agar ada jualan yang menarik elektabilitas. Itu yang sudah terkenal, dan
modal biasanya tak terlalu menghambat. Bagi orang dengan posisi
demikian, banyak 'sponsor' yang siap jadi suporter.
Namun bagaimana jika yang diusung adalah orang yang awalnya 'bukan siapa-siapa'?. Tak dikenal publik. Jatuh di analisis survey dan polling-polling. Elektabilitasnya rendah. Tak memancing minat. Modal rendah, siapa yang mau mensponsori?
Namun
bagi mereka yang idealismenya berpadu pondasi iman, realitas tak kan
memangkas harapan. Mereka akhirnya Berhutang. Ya! cuma itu yang mungkin.
Paling rasional kala itu.
Ruangan masih hening dan tegang. Harapan timbul tenggelam.
"Saya masih ada harta satu-satunya yang bisa dipakai."
Kalimat itu, merampas perhatian. Orang-orang yang tengah tegang itu menoleh padanya.
"Mobil yang biasa saya pakai keliling selama ini. Itu bisa dipakai, bisa dijual. Biar nanti kampanye sewa Kijang saja."
Saya, pertama kali mendengar cerita ini dari salah satu orang yang ada di ruangan itu. Tanpa bermaksud mendramatisir, Jujur sangat terharu dan hendak menangis.
"Kita
harus tetap optimis. Jika deklarasi besok sukses, saya yakin berikutnya
akan ada jalan. Saya yakin besok pertolongan itu pasti ada, namun entah
apa dan bagaimana datangnya."
"Ya inilah resiko hendak mengusung Gubernur Sendal Jepit, iya kan?"
Hening disana pun tersaput ceria. Guyonan sederhana itu, memunculkan optimisme baru. Mereka Bisa! PASTI BISA!
Esok hari, deklarasi pun digelar. Ia, Ahmad Heryawan, disandingkan dengan Dede Yusuf. 'HADE' (Heryawan-Dede) pun resmi dijual dengan setumpuk hutang di belakangnya.
barangkali masih ada yang ingat momen-momen ini:
Heryawan Sungkem-1 |
Heryawan Sungkem - 2 |
Heryawan dan Keluarga |
Orasi Heryawan |
Orasi Sekjen PKS Anis Matta |
Salam HADE - 1 |
Salam HADE - 2 |
Salam HADE - 3 |
Benarlah
memang apa yang diyakininya itu. Ternyata, pasca deklarasi banyak
sekali dukungan yang mengalir. Dan pada saatnya pemilihan serta
pengumuman, Publik pun tercekat. Mereka, pasangan yang tak diunggulkan itu akhirnya memenangkan pertarungan.
Boleh
manusia berspekulasi, merumuskan banyak estimasi. Namun mesti diingat
pula, doa orang-orang yang berhimpun dalam kebaikan akan meramaikan
langit, dan menggetarkan tiang takdir.
"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan ke luar. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan ke luar." [QS. Ath Thalaq 65 : 2-3]
Ucapan dialah yang pada akhirnya memantapkan keyakinan kami. Keyakinan dialah yang menyemangati kami. [AW - narasumber]
Post a Comment